Perilaku Rayap Yang Unik

Perilaku Rayap

Rayap adalah serangga kecil yang jika dilihat sepintas mirip dengan semut. Hewan ini hidup berkoloni dan membangun sarang yang cukup besar sebagai tempat hidupnya. Dibandingkan dengan ukuran tubuh rayap (3 mm), sarang rayap bisa mencapai 3-4 meter seperti yang dijumpai di Taman Nasional Wasur, Papua. Atas dasar kemampuannya tersebut, tidak salah kalau rayap disebut sebagai arsitek mungil alam nan perkasa.

Seperti tubuh serangga umumnya, tubuh rayap terdiri dari tiga bagian yang disebut tagmata, yaitu tagmata kepala, thorax, dan abdomen (perut). Mungkin banyak yang belum mengetahui bahwa rayap kasta pekerja yang bertugas membangun sekaligus memperbaiki sarang adalah buta (sistem penglihatannya kurang berkembang secara sempurna).

Pada dasarnya rayap merupakan jenis serangga sosial (social insect) daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang penyebarannya mulai meluas ke daerah temperate pada batas 50 derajad LU dan 50 derajad LS. Makanan utama rayap adalah kayu atau bahan yang mengandung selulosa. Sebenarnya, keberadaan rayap sangat penting dalam kelangsungan hidup ekosistem yaitu sebagai konsumen primer. Rayap sangat berperan dalam siklus beberapa unsur penting di alam seperti nitrogen dan karbon.

Awalnya, para ahli rayap merasa bingung karena rayap mampu memakan kayu atau bahan yang mengandung selulosa. Padahal manusia tidak mampu mencerna selulosa (bagian berkayu dari sayuran yang dimakan akan dikeluarkan lagi). Namun rayap mampu mengurai dan menyerapnya. Memang semua jenis rayap bisa memakan kayu dan bahan berselulosa, tetapi perilaku makan (feeding behaviour) setiap jenis rayap berbeda. Inilah yang menjadi keunikan perilaku rayap.

Setelah diteliti secara lebih mendalam ditemukan di dalam usus bagian belakang rayap (terutama jenis rayap tingkat rendah) dari sitem pencernaannya terdapat berbagai protozoa flagellata. Protozoa Flagellata berperan sebagai simbion dalam sistem pencernaan rayap yang mampu menguraikan selulosa menjadi bahan yang dapat diserap rayap. Selain protozoa flagellata, ada beberapa jenis rayap yang mengandung bakteri dalam sistem pencernaannya yang berperan sama.

Rumah Rayap

Kesenangan rayap terhadap kayu dan bahan berselulosa awalnya tidak berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Namun, habitat rayap terganggu seperti adanya penebangan hutan dan pembukaan lahan untuk pemukiman atau pertanian, sumber makanannya menjadi berkurang. Karena itu rayap mulai merambah ke wilayah manusia yang potensial sebagai sumber makanan dan tempat tinggal.

Jika diperhatikan, rayap akan saling menjilati, mencium, atau menggosokkan tubuhnya satu sama lain ketika bertemu. Perilaku rayap tersebut dinamakan trofalaksis. Melalui cara ini, rayap akan saling menyalurkan makanan, feromon, atau protozoa flagellata yang sangat berperan dalam kehidupan koloni rayap. Melalui perilaku trofalaksis ini juga muncul beberapa metode pengendalian rayap dengan cara memberikan beberapa jenis termitisida seperti Choropicrin yang akan menyebar ke seluruh koloni. Trofalaksis rayap juga bisa dipakai sebagai wahana untuk mengendalikan rayap melalui pengumpanan (baiting) dengan termitisida tertentu.

Perilaku rayap lainnya adalah aktifitas jelajahnya untuk mencari sumber makanan. Jika kita lihat ke bagian dalam sarang rayap akan ditemui lorong sempit yang berfungsi sebagai jalan untuk mencari makanannya. Ketika melakukan penjelajahannya, rayap cenderung akan menyembunyikan diri, tidak senang dengan cahaya, dan hidup di liang kembara. Sifat ini disebut kriptibiotik.

Setiap jenis rayap memiliki perbedaan wilayah jelajah yang dipengaruhi oleh karakteristik rayap, kualitas habitat, dan kemampuan bergerak (mobilitas) rayap. Semakin banyak sumber makanan yang tersedia di dalam hidupnya, wilayah jelajah rayap menjadi lebih sempit. Berbeda dengan tempat tinggal yang jarang sumber makanannya, rayap akan bergerak menjelajah wilayah yang lebih luas. Karena itu, tidak mengherankan jika rayap bisa beraktivitas jauh dari sarang utamanya (koloni). Di lapangan sering ditemukan adanya serangan rayap di gedung bertingkat di lantai 40, padahal sarang rayap berada jauh di bawah gedung.

Jika kita perhatikan, pada awal musim hujan laron (rayap kasta reproduktif) yang berterbangan keluar dari sarangnya dan mengelilingi lampu. Aktivitas tersebut merupakan pengaruh adanya perubahan di dalam sarang (koloni) rayap.

Laron yang terbang secara acak dan berkelompok berusaha melepaskan sayapnya dengan jalan menggoyang-goyangkan tubuhnya dan menggerak-gerakkan sayap seperti hendak terbang. Ketika sayap telah lepas, aktivitas kawin (mencari pasangan) akan dimulai. Sering terlihat pasangan laron yang berjalan beriringan. Laron betina (calon ratu) berjalan di depan dan laron jantan (calon raja) mengikuti di belakangnya. Pasangan laron tersebut akan mencari tempat yang cocok untuk dijadikan sarang guna membangun koloni baru (proses kopulasi awal).

Beberapa jenis rayap seperti Kalotermes melakukan kopulasi setelah 10-12 hari, jenis Captotermes 1-3 hari, sedangkan Macrotermes 3-8 hari. Setelah proses awal berjalan, ratu rayap mulai bertelur menghasilkan koloni rayap-rayap baru untuk memperbesar koloni. Ada hal unik yang terjadi pada ratu rayap yaitu umumnya bisa mencapai 20 tahun, bahkan 50 tahun lebih lama dibandingkan dengan umur raja rayap. Ukuran badan ratu rayap pun lebih besar (khususnya bagian abdomen atau perut) dibandingkan dengan ukuran badan raja rayap.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama